1
Ada seorang dari pegunungan Efraim, Mikha namanya.
2
Berkatalah ia kepada ibunya: “Uang perak yang seribu seratus itu, yang diambil orang dari padamu dan yang karena itu kauucapkan kutuk — aku sendiri mendengar ucapanmu itu — memang uang itu ada padaku, akulah yang mengambilnya.” Lalu kata ibunya: “Diberkatilah kiranya anakku oleh TUHAN.”
3
Sesudah itu dikembalikannyalah uang perak yang seribu seratus itu kepada ibunya. Tetapi ibunya berkata: “Aku mau menguduskan uang itu bagi TUHAN, aku menyerahkannya untuk anakku, supaya dibuat patung pahatan dan patung tuangan dari pada uang itu. Maka sekarang, uang itu kukembalikan kepadamu.”
4
Tetapi orang itu mengembalikan uang itu kepada ibunya, lalu perempuan itu mengambil dua ratus uang perak dan memberikannya kepada tukang perak, yang membuat patung pahatan dan patung tuangan dari pada uang itu; lalu patung itu ditaruh di rumah Mikha.
5
Mikha ini mempunyai kuil. Dibuatnyalah efod dan terafim, ditahbiskannya salah seorang anaknya laki-laki, yang menjadi imamnya.
6
Pada zaman itu tidak ada raja di antara orang Israel; setiap orang berbuat apa yang benar menurut pandangannya sendiri.
7
Maka ada seorang muda dari Betlehem-Yehuda, dari kaum Yehuda; ia seorang Lewi dan tinggal di sana sebagai pendatang.
8
Lalu orang itu keluar dari kota Betlehem-Yehuda untuk menetap sebagai pendatang di mana saja ia mendapat tempat; dan dalam perjalanannya itu sampailah ia ke pegunungan Efraim di rumah Mikha.
9
Bertanyalah Mikha kepadanya: “Engkau dari mana?” Jawabnya kepadanya: “Aku orang Lewi dari Betlehem-Yehuda, dan aku pergi untuk menetap sebagai pendatang di mana saja aku mendapat tempat.”
10
Lalu kata Mikha kepadanya: “Tinggallah padaku dan jadilah bapak dan imam bagiku; maka setiap tahun aku akan memberikan kepadamu sepuluh uang perak, sepasang pakaian serta makananmu.”
11
Orang Lewi itu setuju untuk tinggal padanya. Maka orang muda itu menjadi seperti salah seorang anaknya sendiri.
12
Mikha mentahbiskan orang Lewi itu; orang muda itu menjadi imamnya dan diam di rumah Mikha.
13
Lalu kata Mikha: “Sekarang tahulah aku, bahwa TUHAN akan berbuat baik kepadaku, karena ada seorang Lewi menjadi imamku.”
🪙📿👨👦👨⚖️ Ringkasan Hakim-Hakim 17 – Mikha, Berhala, dan Agama Versi Sendiri
Hakim-Hakim 17 menandai transisi besar dalam kitab ini. Jika pasal 1–16 berfokus pada para hakim dan konflik nasional, maka pasal 17–21 berisi kisah-kisah kekacauan rohani dan sosial, menunjukkan kondisi Israel tanpa pemimpin.
Pasal ini memperkenalkan Mikha, seorang pria dari Efraim yang membuat berhala sendiri dan menyewa seorang imam pribadi, menciptakan agama “kustom” tanpa perintah dari Tuhan.
📌 1. Mikha Mencuri dan Mengembalikan Uang Ibunya (ayat 1–2)
- Mikha mencuri 1.100 uang perak dari ibunya.
- Saat ibunya mengutuk pencuri itu, Mikha mengaku dan mengembalikannya.
- Ibunya, sebagai bentuk syukur, berkata akan menguduskan uang itu untuk TUHAN dan membuat patung pahatan dan tuangan.
🎯 Mengaku dosa tetapi menggantinya dengan ibadah yang keliru adalah bentuk penyesalan yang tidak utuh.
📌 2. Mikha Membuat Kuil dan Menjadi Imam (ayat 3–6)
- Dari uang itu, ibunya hanya menggunakan 200 perak untuk membuat patung (tidak seluruhnya).
- Mikha membuat rumah dewa (kuil pribadi) dan memasang efod, terafim (berhala), dan menetapkan salah satu anaknya menjadi imam.
- Penjelasan penting muncul di ayat 6:
“Pada zaman itu tidak ada raja di antara orang Israel; setiap orang melakukan apa yang benar menurut pandangannya sendiri.”
🎯 Inilah agama versi manusia: menyebut nama Tuhan, tapi menciptakan aturan sendiri.
📌 3. Mikha Mempekerjakan Orang Lewi sebagai Imam (ayat 7–13)
- Seorang Levi muda dari Betlehem (Yehuda) mencari tempat tinggal.
- Mikha mengajaknya tinggal dan menjadi imam rumahnya, diberi bayaran, pakaian, dan tempat tinggal.
- Mikha senang dan berkata:
“Sekarang aku tahu bahwa TUHAN akan berbuat baik kepadaku, karena seorang Lewi menjadi imamku.”
🎯 Mikha pikir, dengan “label rohani”, berkat akan datang — padahal ia tetap menyembah berhala.
📖 Pengajaran Utama
- Penyembahan tidak bisa dikarang — harus sesuai kehendak Tuhan.
- Ketaatan sebagian sama dengan ketidaktaatan total.
- Tanpa otoritas rohani, setiap orang akan mengatur moral dan ibadah sendiri.
- Status rohani (seperti imam Lewi) bukan jaminan kesetiaan.
- Agama formal tidak berarti hubungan sejati dengan Allah.
✨ Makna Spiritualitas (Perjanjian Baru)
“Percuma mereka beribadah kepada-Ku, karena ajaran mereka ialah perintah manusia.”
“Mereka secara lahiriah menjalankan ibadah mereka, tetapi pada hakikatnya mereka memungkiri kekuatannya.”
“Allah adalah Roh, dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran.”
🎯 Ibadah sejati bukan soal simbol, tempat, atau gelar — tapi hati yang tunduk pada kebenaran Tuhan.
“Pada zaman itu tidak ada raja… setiap orang berbuat menurut pandangannya sendiri.” – Hakim 17:6
“Sekarang aku tahu bahwa TUHAN akan berbuat baik kepadaku…” – ayat 13