1
Lagi aku melihat segala penindasan yang terjadi di bawah matahari, dan lihatlah, air mata orang-orang yang ditindas dan tak ada yang menghibur mereka, karena di fihak orang-orang yang menindas ada kekuasaan.
2
Oleh sebab itu aku menganggap orang-orang mati, yang sudah lama meninggal, lebih bahagia dari pada orang-orang hidup, yang sekarang masih hidup.
3
Tetapi yang lebih bahagia dari pada kedua-duanya itu kuanggap orang yang belum ada, yang belum melihat perbuatan jahat, yang terjadi di bawah matahari.
4
Dan aku melihat bahwa segala jerih payah dan segala kecakapan dalam pekerjaan adalah iri hati seseorang terhadap yang lain. Ini pun kesia-siaan dan usaha menjaring angin.
5
Orang yang bodoh melipat tangannya dan memakan dagingnya sendiri.
6
Segenggam ketenangan lebih baik dari pada dua genggam jerih payah dan usaha menjaring angin.
7
Aku melihat lagi kesia-siaan di bawah matahari:
8
ada seorang sendirian, ia tidak mempunyai anak laki-laki atau saudara laki-laki, dan tidak henti-hentinya ia berlelah-lelah, matanya pun tidak puas dengan kekayaan; — untuk siapa aku berlelah-lelah dan menolak kesenangan? — Ini pun kesia-siaan dan hal yang menyusahkan.
9
Berdua lebih baik dari pada seorang diri, karena mereka menerima upah yang baik dalam jerih payah mereka.
10
Karena kalau mereka jatuh, yang seorang mengangkat temannya, tetapi wai orang yang jatuh, yang tidak mempunyai orang lain untuk mengangkatnya!
11
Juga kalau orang tidur berdua, mereka menjadi panas, tetapi bagaimana seorang saja dapat menjadi panas?
12
Dan bilamana seorang dapat dialahkan, dua orang akan dapat bertahan. Tali tiga lembar tak mudah diputuskan.
13
Lebih baik seorang muda miskin tetapi berhikmat dari pada seorang raja tua tetapi bodoh, yang tak mau diberi peringatan lagi.
14
Karena dari penjara orang muda itu keluar untuk menjadi raja, biarpun ia dilahirkan miskin semasa pemerintahan orang yang tua itu.
15
Aku melihat semua orang yang hidup di bawah matahari berjalan bersama-sama dengan orang muda tadi, yang akan menjadi pengganti raja itu.
16
Tiada habis-habisnya rakyat yang dipimpinnya, namun orang yang datang kemudian tidak menyukai dia. Oleh sebab itu, ini pun kesia-siaan dan usaha menjaring angin.
💼⚖️🤝 Ringkasan Pengkhotbah 4 – Ketidakadilan, Kesepian, dan Kekuatan Persahabatan
Pasal ini berisi refleksi Salomo terhadap realitas dunia: penindasan, persaingan, kerja keras tanpa makna, dan kesepian. Namun, di tengah itu semua, ia menunjukkan nilai persahabatan dan kerja sama. Pengkhotbah 4 adalah seruan untuk melihat apa yang benar-benar penting dalam hidup, bukan sekadar kesuksesan pribadi.
📌 1. Ratapan atas Penindasan (ayat 1–3)
“Aku melihat segala penindasan… mereka tidak mempunyai penghibur…”
- Orang-orang tertindas menangis, tapi tak ada yang menolong
- Lebih baik mati, bahkan belum lahir, daripada hidup dalam dunia penindasan
🎯 Ketidakadilan sosial adalah kenyataan tragis — dunia ini tidak adil tanpa kehadiran kasih Tuhan.
📌 2. Persaingan dan Iri Hati di Balik Kerja Keras (ayat 4–6)
“Segala jerih payah dan segala kecakapan dalam pekerjaan timbul dari persaingan antara manusia dan sesamanya.”
- Orang bekerja keras bukan karena tujuan mulia, tapi karena iri dengan orang lain
- Lebih baik tenang dengan sedikit hasil, daripada lelah dan kosong
🎯 Ambisi tanpa arah rohani hanya menghasilkan lelah dan sia-sia.
📌 3. Orang yang Bekerja Sendiri, Tapi Kesepian (ayat 7–8)
“Seorang diri, tanpa anak atau saudara… namun tidak puas dengan kekayaannya…”
- Seseorang terus bekerja tapi tidak tahu untuk siapa ia bekerja
- Harta melimpah, tapi hidup kosong dan kesepian
🎯 Relasi lebih penting daripada akumulasi.
📌 4. Nilai Persahabatan & Kerja Sama (ayat 9–12)
“Berdua lebih baik dari pada seorang diri…”
- Dua orang mendapat hasil lebih baik
- Bisa saling menguatkan dan menolong saat jatuh
- Tali tiga lembar tak mudah diputuskan
🎯 Persahabatan dan persekutuan adalah perlindungan spiritual dan emosional.
📌 5. Popularitas Itu Fana (ayat 13–16)
“Anak muda miskin tapi bijak lebih baik daripada raja tua yang bodoh…”
- Popularitas datang dan pergi
- Generasi baru bisa melupakan pemimpin lama
🎯 Ketenaran bukan jaminan makna hidup. Yang kekal adalah karakter dan relasi dengan Tuhan.
📖 Pengajaran Utama
- Dunia penuh ketidakadilan dan persaingan sia-sia
- Kesepian dan kerja tanpa tujuan adalah penderitaan tersembunyi
- Hidup yang bermakna dibangun melalui relasi dan kebersamaan
- Persahabatan, kerja sama, dan persekutuan memberikan dukungan rohani
- Popularitas dan posisi bisa hilang — tapi hikmat dan kebaikan kekal
✨ Makna Spiritualitas (Perjanjian Baru)
“Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu…”
“Hendaklah kamu dengan rendah hati saling menganggap yang lain lebih utama…”
“Supaya anggota yang satu turut memperhatikan yang lain…”
“Marilah kita saling memperhatikan… dan jangan menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah…”
🎯 Hidup Kristen sejati adalah hidup dalam komunitas, saling menopang, dan menjauhi kesombongan dan kesendirian.
🕊️ “Berdua lebih baik daripada seorang diri…” – Pengkhotbah 4:9
🕊️ “Celakalah orang yang jatuh dan tidak ada orang lain untuk mengangkatnya!” – Pengkhotbah 4:10
🕊️ “Tali tiga lembar tidak mudah diputuskan.” – Pengkhotbah 4:12
🕊️ “Aku melihat segala penindasan… tidak ada penghibur…” – Pengkhotbah 4:1
🕊️ “Aku melihat kesia-siaan lain di bawah matahari…” – Pengkhotbah 4:7