Kalau Tuhan benar-benar baik, kenapa dunia ini penuh air mata? Kenapa ada bencana, penyakit, kehilangan, dan luka batin yang seperti tak kunjung sembuh? Pertanyaan ini muncul bukan karena kurang iman, tetapi karena hati manusia memang butuh jawaban. Artikel ini bukan untuk memberi penjelasan teologis yang kaku, tapi untuk menjangkau kamu yang sedang terluka — dengan kasih dan kejujuran yang datang dari firman Tuhan.
1. Dunia Ini Tidak Seperti Rencana Awal Tuhan
Ketika Tuhan menciptakan dunia, semua “sangat baik” (Kejadian 1:31). Tidak ada sakit, tidak ada kematian, tidak ada tangis. Namun, saat manusia memilih untuk berjalan sendiri dan tidak taat pada kehendak Tuhan, dosa masuk ke dalam dunia. Akibatnya, ketidaksempurnaan mulai menguasai ciptaan yang sempurna itu.
“Sebab semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah.” (Roma 3:23)
Dosa merusak tatanan yang awalnya harmonis. Bukan hanya hubungan manusia dengan Tuhan yang rusak, tapi juga hubungan dengan sesama, alam, bahkan dengan dirinya sendiri.
2. Penderitaan Bukan Berarti Tuhan Tidak Peduli
Banyak yang berpikir, “Kalau Tuhan peduli, kenapa Dia tidak hentikan semua penderitaan sekarang juga?” Pertanyaan ini valid. Tapi coba pikirkan ini: jika setiap tindakan jahat langsung dihentikan oleh Tuhan secara instan, apakah manusia benar-benar bebas?
Tuhan memberi kita kehendak bebas, dan itulah yang membuat cinta kepada-Nya menjadi tulus. Sayangnya, kebebasan itu sering disalahgunakan. Namun, bukan berarti Tuhan tinggal diam.
“TUHAN itu dekat kepada orang-orang yang patah hati, dan Ia menyelamatkan orang-orang yang remuk jiwanya.” (Mazmur 34:19)
Ia tidak meniadakan penderitaan, tapi Ia masuk ke dalam penderitaan itu bersama kita. Ia tidak hanya melihat dari kejauhan, tetapi hadir dan menopang.
3. Yesus Sendiri Pernah Menderita
Inilah perbedaan besar antara iman Kristen dan filosofi lainnya. Tuhan kita tidak hanya memerintah dari surga, tapi turun ke dunia, menjadi manusia dan mengalami penderitaan seperti kita.
“Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan biasa menderita kesakitan.” (Yesaya 53:3)
Yesus tahu rasanya ditolak, dikhianati, disakiti, bahkan mati dengan cara paling menyakitkan. Artinya, ketika kamu menangis, kamu menangis bersama Tuhan yang mengerti.
4. Penderitaan Bisa Menjadi Tempat Pertumbuhan
Walau terdengar klise, banyak orang justru bertumbuh dalam penderitaan. Saat semua kenyamanan ditarik, saat itulah banyak yang mulai membuka hati dan menyadari betapa mereka butuh Tuhan.
“Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan.” (Yakobus 1:2)
Penderitaan tidak selalu datang sebagai hukuman. Kadang, itu adalah proses pemurnian. Seperti emas yang disempurnakan dalam api, demikian juga iman kita diperkuat dalam masa-masa sulit.
5. Penderitaan Tidak Akan Selamanya
Janji Tuhan bukan dunia tanpa air mata saat ini juga, tapi dunia baru yang kelak akan bebas dari semua penderitaan. Janji itu nyata dan tidak akan gagal.
“Dan Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi.” (Wahyu 21:4)
Kesakitan yang kamu alami saat ini bukan akhir dari cerita. Tuhan sedang menulis kisah yang lebih besar, dan kamu adalah bagian penting dari kisah itu.
Penutup: Tuhan Baik, Meski Dunia Tidak Selalu Begitu
Jadi, jika Tuhan baik, mengapa ada penderitaan? Karena dunia ini sudah rusak oleh dosa, tapi Tuhan tidak tinggal diam. Ia hadir, Ia peduli, dan Ia memberi pengharapan. Kita boleh menangis, mempertanyakan, bahkan meragukan, tapi jangan lepaskan tangan-Nya. Sebab justru di tengah badai, tangan-Nya adalah satu-satunya yang benar-benar bisa diandalkan.
Jika kamu sedang di titik paling gelap, percayalah, cahaya Tuhan tidak pernah padam. Mungkin tidak langsung terlihat, tapi Ia sedang bekerja. Tetaplah berharap, sebab harapan itu tidak akan mengecewakan.
“Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus.” (Roma 5:5)