Kita hidup di zaman serba instan. Makanan bisa dipesan lewat ponsel, informasi tinggal dicari di internet, dan jawaban cepat sudah jadi budaya. Maka tidak heran jika menunggu terasa seperti penderitaan. Apalagi ketika yang kita nantikan adalah janji Tuhan, perubahan situasi, atau jawaban doa yang sudah kita gumulkan bertahun-tahun.
Tapi justru dalam musim penantian, Tuhan paling aktif membentuk hati kita. Menunggu bukan waktu yang sia-sia. Itu adalah tempat di mana iman diuji dan ketaatan diperkuat.
Tuhan Sering Menunda, Tapi Tidak Pernah Lalai
Salah satu tokoh yang paling mencolok tentang penantian adalah Abraham. Tuhan menjanjikan anak kepadanya di usia yang sangat tua. Tapi ia harus menunggu 25 tahun untuk melihat Ishak lahir. Roma 4:20-21 mencatat, “Tetapi terhadap janji Allah ia tidak bimbang karena ketidakpercayaan, malah ia diperkuat dalam imannya dan ia memuliakan Allah, dengan penuh keyakinan bahwa Allah berkuasa untuk melaksanakan apa yang telah Ia janjikan.”
Menunggu tidak berarti Tuhan lupa. Justru kadang jawaban tertunda karena Tuhan ingin hati kita siap saat janji itu digenapi.
Menunggu Adalah Bagian dari Rencana Tuhan
Dalam Pengkhotbah 3:1 tertulis, “Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya.” Ini mengingatkan kita bahwa tidak semua harus terjadi saat kita mau. Ada waktu tanam, ada waktu menuai. Ada waktu menabur air mata, dan ada waktu menuai sukacita.
Yesus sendiri menunggu tiga puluh tahun sebelum memulai pelayanan publik-Nya. Bahkan Ia, Anak Allah, tunduk kepada proses waktu yang ditetapkan Bapa.
Apa yang Bisa Kita Lakukan Saat Tuhan Menyuruh Kita Menunggu?
- Berdiam di hadirat-Nya. Mazmur 37:7 berkata, “Berdiam dirilah di hadapan TUHAN dan nantikanlah Dia.” Diam bukan pasif, tapi aktif menanti dengan iman.
- Isi penantian dengan ketaatan. Lukas 16:10 mengajarkan bahwa siapa yang setia dalam perkara kecil, akan dipercaya dalam perkara besar. Gunakan waktu tunggu untuk setia dalam hal-hal sederhana.
- Hindari jalan pintas. Seperti Abraham yang tergoda lewat Hagar, jalan pintas sering membawa konsekuensi panjang. Percayalah bahwa jalan Tuhan selalu lebih baik.
- Berdoa, bukan hanya mengeluh. Filipi 4:6 berkata, “Janganlah hendaknya kamu khawatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.”
- Percaya bahwa karakter lebih penting dari kecepatan. Tuhan lebih peduli pada siapa kita menjadi, bukan hanya apa yang kita capai.
Penutup: Penantian Membentuk Iman yang Dalam
Tuhan tidak pernah terburu-buru, dan Dia juga tidak pernah terlambat. Saat Dia menyuruh kita menunggu, itu bukan karena Dia kejam, tapi karena Dia penuh kasih. Ia tahu waktumu, Ia tahu kesiapan hatimu, dan Ia tahu akhir cerita.
Yohanes 13:7 mencatat perkataan Yesus kepada Petrus, “Apa yang Kuperbuat, engkau tidak tahu sekarang, tetapi engkau akan mengertinya kelak.” Jadi jika saat ini kamu belum mengerti mengapa harus menunggu, tetaplah percaya. Sebab kelak kamu akan melihat bahwa musim penantianmu ternyata adalah musim pertumbuhan yang luar biasa.