Pernah merasa ingin menyelesaikan sesuatu, tapi malah membuka media sosial atau menonton video acak? Tiba-tiba waktu habis dan pekerjaan tetap menumpuk. Fenomena ini dikenal sebagai procrastination atau kebiasaan menunda-nunda. Tapi kenapa kita melakukannya padahal tahu akibatnya buruk? Apakah ini hanya soal kebiasaan, atau ada kaitan lebih dalam dengan cara kerja otak dan bahkan dengan firman Tuhan?
Penjelasan Sains: Otak dan Keinginan Instan
Secara ilmiah, kebiasaan menunda sering berasal dari bagian otak yang bernama sistem limbik, yaitu pusat pengatur emosi dan keinginan. Sistem ini cenderung mencari kesenangan instan dan menghindari hal yang membuat stres atau tidak nyaman. Sementara itu, bagian otak bernama prefrontal cortex bertanggung jawab atas perencanaan, pengambilan keputusan, dan pengendalian diri.
Ketika kita menghadapi tugas yang berat atau membosankan, sistem limbik akan βberteriakβ lebih keras untuk mengalihkan perhatian kita pada hal-hal yang lebih menyenangkan, seperti membuka ponsel. Inilah mengapa meski tahu harus kerja, kita malah rebahan dulu lima menit yang akhirnya jadi sejam.
Perspektif Alkitab: Kemalasan Bukan Hal Sepele
Dalam pandangan kekristenan, menunda-nunda tidak hanya dilihat sebagai kelemahan, tetapi bisa menjadi bentuk kemalasan yang bertentangan dengan prinsip hidup yang diajarkan Tuhan. Amsal 6:9-11 berkata, βHai pemalas, berapa lama lagi engkau berbaring? Bilakah engkau akan bangun dari tidurmu? Sedikit tidur lagi, sedikit mengantuk lagi, sedikit melipat tangan untuk berbaring, maka datanglah kemiskinan seperti seorang penyerbu.β
Kemalasan tidak hanya membuat kita kehilangan waktu, tetapi juga bisa menjauhkan kita dari berkat dan tanggung jawab yang Tuhan berikan. Efesus 5:15-16 menasihati, βKarena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat.β
Mengatasi Penundaan dengan Disiplin Rohani
Solusinya bukan hanya dengan teknik manajemen waktu, tetapi juga dengan membangun kedisiplinan rohani. Doa pagi, membaca firman Tuhan, dan menetapkan tujuan yang selaras dengan kehendak-Nya dapat membantu kita mengalahkan kecenderungan menunda. Kolose 3:23 juga memberi arahan yang jelas, βApapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.β
Menyadari bahwa waktu adalah pemberian Tuhan yang tidak bisa diulang kembali seharusnya mendorong kita untuk hidup lebih bertanggung jawab.
Penutup: Disiplin Adalah Tanda Kita Menghargai Tuhan
Menunda-nunda bukan hanya masalah kebiasaan buruk, tapi juga cerminan apakah kita menghargai waktu dan tanggung jawab yang Tuhan berikan. Dengan memahami cara kerja otak dan mengaitkannya dengan prinsip Alkitab, kita bisa mulai membangun hidup yang lebih teratur, disiplin, dan berbuah.
Hari ini, mari kita renungkan: tugas apa yang sudah terlalu lama ditunda? Mungkin saatnya bukan hanya mulai, tapi mulai dengan hati yang tertuju kepada Tuhan.