šŸ 

Menilik Kedudukan Kitab Deutrokanonika dalam Iman Kristen

Pertanyaan tentang kitab Deutrokanonika seringkali memunculkan diskusi yang panjang dalam komunitas Kristen. Beberapa orang meyakini kitab-kitab ini sebagai bagian dari Firman Tuhan, sementara yang lain justru menolaknya sebagai kitab kanonik. Jadi, apakah kitab Deutrokanonika benar-benar menyampaikan Firman Tuhan?

Apa Itu Kitab Deutrokanonika?

Secara harfiah, “Deutrokanonika” berarti “kanon kedua”. Istilah ini merujuk pada sejumlah kitab yang terdapat dalam Septuaginta (terjemahan Perjanjian Lama dalam bahasa Yunani) namun tidak ditemukan dalam Alkitab Ibrani yang digunakan oleh orang Yahudi. Di antaranya termasuk Tobit, Yudit, Kebijaksanaan Salomo, Sirakh (Ecclesiasticus), Barukh, dan tambahan pada kitab Daniel serta Ester.

Kitab-kitab ini dimasukkan dalam Alkitab Katolik dan Ortodoks, tetapi tidak diakui oleh sebagian besar gereja Protestan sebagai bagian dari kanon Kitab Suci.

Apa Alasan Penolakannya?

Salah satu alasan utama mengapa sebagian gereja tidak mengakui Deutrokanonika adalah karena kitab-kitab ini tidak termasuk dalam Alkitab Ibrani, yang merupakan sumber utama Perjanjian Lama. Selain itu, beberapa isinya dianggap memiliki unsur teologis yang tidak konsisten dengan doktrin yang sudah mapan, seperti doa untuk orang mati (2 Makabe 12:45) yang bertentangan dengan ajaran keselamatan oleh iman dalam Roma 3:28.

Yesus dan para rasul juga tidak pernah secara eksplisit mengutip kitab-kitab Deutrokanonika, sementara mereka sering mengutip kitab-kitab lain dari Perjanjian Lama seperti Mazmur, Yesaya, atau Ulangan (Matius 4:4, Mazmur 91:11-12).

Lalu, Apakah Tidak Ada Nilainya?

Menariknya, meskipun tidak dianggap kanonik oleh semua denominasi, banyak pemimpin gereja awal tetap menggunakan kitab Deutrokanonika untuk membangun pemahaman iman dan moral. Sirakh 2:1-6, misalnya, berisi nasihat bijak tentang kesabaran dalam pencobaan yang sangat sejalan dengan prinsip dalam Yakobus 1:2-4. Bahkan, beberapa ayat dalam kitab Kebijaksanaan Salomo menyerupai pengajaran dalam Perjanjian Baru.

Artinya, meskipun tidak dianggap setara dengan kitab kanonik, bukan berarti kitab Deutrokanonika tidak memiliki nilai rohani atau moral.

Bagaimana Sikap Kita?

Sikap yang bijak adalah menghormati perbedaan pandangan yang ada dan tidak dengan cepat menolak seluruh isi kitab-kitab ini. Paulus menulis, “Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, menyatakan kesalahan, memperbaiki kelakuan, dan mendidik orang dalam kebenaran” (2 Timotius 3:16). Fokus kita adalah apakah tulisan-tulisan itu menuntun kita kepada Kristus dan memperkuat iman, atau justru menyimpang dari Injil.

Dalam Yohanes 5:39, Yesus berkata, “Kamu menyelidiki Kitab-Kitab Suci, sebab kamu menyangka bahwa olehnya kamu mempunyai hidup yang kekal, padahal Kitab-Kitab Suci itu memberi kesaksian tentang Aku.” Jadi, jika isi Deutrokanonika membawa kita untuk mengenal karakter Allah dan hidup dalam kasih-Nya, maka ada kebijaksanaan yang bisa dipetik darinya.

Kesimpulan

Kitab Deutrokanonika mungkin tidak dianggap Firman Tuhan dalam pengertian yang sama oleh semua golongan Kristen, tetapi tetap memiliki nilai historis, moral, dan spiritual. Bagi sebagian orang, itu adalah bagian dari Firman Tuhan. Bagi yang lain, ia berfungsi sebagai tambahan bacaan rohani. Yang pasti, Firman Tuhan yang sejati akan selalu mengarah kepada Kristus, membawa kehidupan, dan menghasilkan buah yang kekal.

šŸŒž
šŸ”Š Dengarkan Secara Audio
↑
© 2025 KebenaranHidup.com | Project Kristus
Kebijakan Privasi