Baptisan adalah salah satu sakramen penting dalam iman Kristen. Tapi pertanyaan yang sering muncul adalah, โBagaimana metode baptisan yang benar?โ Apakah harus diselamkan sepenuhnya dalam air? Atau cukup dipercikkan di kepala? Jawaban atas pertanyaan ini perlu digali dengan rendah hati, dengan membuka Alkitab dan memahami konteks serta makna rohani di balik tindakan tersebut.
Baptisan: Makna Lebih dari Sekadar Cara
Sebelum membahas metodenya, penting untuk memahami bahwa inti dari baptisan adalah lambang dari pertobatan, pembersihan dosa, dan kesatuan dengan Kristus. Roma 6:4 berkata, โDengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru.โ
Baptisan menggambarkan seseorang mati terhadap dosa, dikuburkan, lalu bangkit dalam hidup baru bersama Kristus. Oleh sebab itu, banyak gereja percaya bahwa baptisan dengan cara diselamkan (seluruh tubuh masuk ke dalam air) paling sesuai dengan makna ini.
Contoh Alkitabiah: Yesus Dibaptis
Ketika Yesus dibaptis oleh Yohanes Pembaptis, Alkitab mencatat bahwa setelah dibaptis, โYesus segera keluar dari airโ (Matius 3:16). Kalimat ini memberi kesan bahwa Ia masuk ke dalam air terlebih dahulu, yang mendukung praktik baptisan selam. Begitu juga dalam Kisah Para Rasul 8:38-39, ketika Filipus membaptis sida-sida Etiopia, mereka masuk ke dalam air dan kemudian keluar bersama-sama.
Namun, penting untuk dicatat bahwa Alkitab tidak secara eksplisit melarang atau mengharuskan satu metode tertentu. Yang paling utama adalah makna iman dan pertobatan yang menyertainya.
Percik atau Selam?
Metode baptisan dengan dipercik (menyiramkan air ke kepala) juga dipraktikkan di banyak gereja, terutama dalam kondisi khusus, seperti cuaca ekstrem, keterbatasan fisik, atau ketiadaan sumber air yang cukup. Meskipun tidak sedalam baptisan selam secara simbolis, tetaplah tindakan itu dapat sah jika dilakukan dengan iman yang sungguh dan pertobatan yang tulus.
Titus 3:5 menekankan aspek rohaninya: โIa telah menyelamatkan kita, bukan karena perbuatan benar yang telah kita lakukan, tetapi karena rahmat-Nya oleh permandian kelahiran kembali dan oleh pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus.โ
Apa yang Terpenting?
Yang terutama bukanlah metode teknisnya, tetapi apakah baptisan tersebut merupakan respons dari hati yang percaya dan bertobat. Tuhan melihat isi hati, bukan hanya tindakan luar. Dalam 1 Samuel 16:7 tertulis, โManusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati.โ
Jadi, apakah seseorang dibaptis dengan diselam atau dipercik, yang terpenting adalah ia melakukannya karena percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat, dan ingin hidup dalam ketaatan kepada-Nya.
Kesimpulan
Metode baptisan selam memang lebih menggambarkan secara simbolis makna dari mati dan bangkit bersama Kristus. Namun Alkitab tidak memberikan aturan kaku mengenai teknik pelaksanaan baptisan. Yang terutama adalah iman, pertobatan, dan ketaatan. Jangan sampai kita berdebat soal cara lalu melupakan esensi rohaninya.