Salah satu perdebatan teologis paling panas sepanjang sejarah gereja adalah soal predestinasi dan kehendak bebas. Apakah hidup kita sudah ditentukan sejak awal oleh Tuhan? Atau, apakah kita punya kebebasan penuh untuk memilih jalan hidup kita sendiri? Pertanyaan ini bukan hanya soal teori, tapi menyentuh inti dari relasi kita dengan Tuhan. Apakah kita adalah boneka di tangan Allah, atau justru mitra yang diberi tanggung jawab?
Topik ini memang kompleks, tetapi mari kita bahas dengan bahasa yang santai dan tetap berdasarkan Firman Tuhan. Tujuannya bukan untuk memaksakan satu pandangan, tapi mengajak kamu merenung dan mengenal lebih dalam hati Tuhan yang adil dan penuh kasih.
1. Apa Itu Predestinasi?
Predestinasi adalah keyakinan bahwa Tuhan telah menetapkan sejak semula siapa yang akan diselamatkan. Ini banyak didasarkan pada ayat seperti:
βSebab mereka yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya.β (Roma 8:29)
Ayat ini menunjukkan bahwa Tuhan memiliki rencana yang sudah ditetapkan, termasuk keselamatan bagi orang percaya. Konsep ini menekankan kedaulatan Allah yang mutlak atas segalanya.
2. Apa Itu Kehendak Bebas?
Di sisi lain, kehendak bebas berarti bahwa manusia diberi kebebasan oleh Tuhan untuk memilih menaati atau menolak Dia. Tuhan tidak memaksa siapa pun untuk percaya. Contohnya dalam Yosua 24:15:
βTetapi jika kamu anggap tidak baik untuk beribadah kepada TUHAN, pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah… Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN!β
Ayat ini memberi gambaran jelas bahwa manusia memiliki pilihan nyata, dan tanggung jawab atas pilihan itu.
3. Apakah Keduanya Bertentangan?
Ini bagian yang menarik. Banyak orang berpikir bahwa predestinasi dan kehendak bebas tidak bisa berdampingan. Namun Alkitab menampilkan keduanya secara bersamaan.
Misalnya, di Yohanes 6:44 Yesus berkata:
βTidak ada seorang pun yang dapat datang kepada-Ku, jika ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku.β
Tapi di bagian lain, Yesus juga mengundang semua orang:
βMarilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.β (Matius 11:28)
Ini menunjukkan bahwa Tuhan menarik, tetapi manusia juga diundang untuk datang. Keduanya berjalan bersama, bukan saling meniadakan.
4. Bayangan Kasih dan Keadilan Tuhan
Jika kita hanya percaya pada predestinasi tanpa kehendak bebas, maka Tuhan terlihat tidak adil karena seakan memilih-milih tanpa alasan. Tapi jika hanya kehendak bebas tanpa intervensi Tuhan, maka keselamatan jadi sepenuhnya bergantung pada usaha manusia.
Keseimbangan keduanya mencerminkan kasih dan keadilan Allah. Tuhan berdaulat, tetapi kasih-Nya juga memberi ruang bagi manusia untuk merespons secara pribadi.
5. Jadi, Mana yang Benar?
Jawabannya: keduanya benar, dalam kerangka yang misterius namun harmonis. Seperti dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan. Dalam keterbatasan kita, mungkin sulit memahaminya secara penuh, tapi inilah yang membuat iman Kristen unik: kita percaya pada Tuhan yang besar, namun tetap memberi nilai pada kebebasan manusia.
βSebab kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia sudah nyata.β (Titus 2:11)
Tuhan merancang keselamatan, tetapi Dia juga memanggil kita untuk merespons dengan iman dan pertobatan.
Penutup: Respon yang Terpenting
Daripada bingung pada istilah teologis, yang paling penting adalah bagaimana kita merespons undangan Tuhan hari ini. Apakah kita mau hidup sesuai kehendak-Nya? Apakah kita mau percaya dan taat?
Ingat, Tuhan tidak hanya memanggil kita, tapi juga memampukan kita untuk merespons. Dalam kasih-Nya, Dia sudah membuka jalan. Sekarang, pilihan ada di tangan kita.