Pernahkah kamu bertanya-tanya, “Kenapa hanya 66 kitab yang masuk dalam Alkitab? Siapa yang memutuskan itu?” atau “Apakah ada kitab lain yang ditolak? Dan kalau iya, kenapa?” Pertanyaan ini sangat penting karena menyangkut dasar iman kita. Jika Alkitab adalah Firman Tuhan, maka bagaimana kita bisa yakin bahwa kitab-kitab di dalamnya benar-benar berasal dari Tuhan?
Untuk menjawab itu, kita perlu memahami apa itu kanon Alkitab dan bagaimana gereja mula-mula, dengan pertolongan Roh Kudus, mengenali kitab-kitab mana yang memang diilhamkan Tuhan.
1. Apa Itu Kanon?
Kata kanon berasal dari bahasa Yunani kanΕn, yang berarti “pengukur” atau “standar.” Dalam konteks Alkitab, kanon berarti daftar kitab yang diakui sebagai otoritatif dan diilhami oleh Allah. Kitab-kitab ini menjadi standar iman dan ajaran bagi umat percaya.
Jadi, kanon Alkitab bukanlah daftar yang dibuat manusia sesuka hati, melainkan hasil dari proses yang hati-hati, berdasarkan pengakuan umat Tuhan terhadap otoritas rohani kitab-kitab tersebut.
βSegala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.β (2 Timotius 3:16)
2. Bagaimana Kanon Perjanjian Lama Disusun?
Kanon Perjanjian Lama sudah diakui secara luas oleh orang Yahudi jauh sebelum zaman Yesus. Kitab-kitab seperti Taurat (Kejadian sampai Ulangan), kitab para nabi, dan tulisan-tulisan seperti Mazmur dan Amsal sudah digunakan secara luas di sinagoga dan dalam kehidupan keagamaan bangsa Israel.
Yesus sendiri sering mengutip Perjanjian Lama, dan tidak pernah mempertanyakan keabsahannya.
βInilah perkataan-Ku, yang telah Kukatakan kepadamu, ketika Aku masih bersama-sama dengan kamu, yaitu bahwa harus digenapi semua yang ada tertulis tentang Aku dalam Kitab Taurat Musa dan kitab nabi-nabi dan kitab Mazmur.β (Lukas 24:44)
Itu menunjukkan bahwa Yesus mengakui tiga bagian utama dari kanon Ibrani yang sama dengan Perjanjian Lama kita hari ini.
3. Bagaimana Kanon Perjanjian Baru Disusun?
Kanon Perjanjian Baru tidak dibentuk dalam satu malam, tetapi melalui proses selama beberapa abad. Gereja mula-mula menerima tulisan para rasul karena mereka mengenal langsung Kristus atau adalah rekan pelayanan rasul.
Beberapa kriteria utama dalam pengakuan kanon Perjanjian Baru:
- Apostolik: Ditulis oleh rasul atau orang dekat rasul (seperti Markus dan Lukas)
- Ortodoks: Ajarannya sesuai dengan pengajaran Yesus dan tradisi gereja awal
- Keterimaan Umum: Diterima secara luas oleh gereja-gereja di berbagai wilayah
- Kehadiran Roh Kudus: Diakui memiliki kuasa rohani dan mengubahkan hidup
Proses ini mencapai puncaknya pada akhir abad ke-4, ketika konsili-konsili gereja seperti Konsili Kartago (397 M) meneguhkan daftar kitab yang hari ini kita kenal sebagai 27 kitab Perjanjian Baru.
4. Apakah Ada Kitab yang Ditinggalkan?
Ya, ada banyak tulisan rohani dari masa awal gereja, seperti Injil Tomas atau Injil Yudas, namun kitab-kitab ini tidak dimasukkan ke dalam kanon karena tidak memenuhi kriteria kerasulan dan ortodoksi. Banyak dari tulisan itu juga mengandung ajaran yang bertentangan dengan inti Injil.
Artinya, gereja bukan menciptakan kanon, tetapi mengenali kitab mana yang benar-benar berasal dari Allah.
βDomba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku.β (Yohanes 10:27)
5. Alkitab Adalah Kesatuan yang Diilhami
Meskipun ditulis oleh lebih dari 40 penulis selama lebih dari 1.500 tahun, Alkitab memiliki satu pesan utama: penebusan manusia oleh kasih karunia Allah melalui Yesus Kristus. Kesatuan ini menjadi bukti kuat bahwa Roh Kudus terlibat dalam seluruh proses pembentukan kanon.
Penutup: Firman Tuhan Tidak Pernah Gagal
Kanon Alkitab bukan hasil manipulasi politik atau kesepakatan tersembunyi. Ini adalah karya Roh Kudus yang memelihara Firman Tuhan tetap murni dan utuh bagi generasi demi generasi.
Hari ini, kita bisa membuka Alkitab dengan keyakinan bahwa yang kita baca bukan hanya tulisan manusia, tetapi Firman yang hidup dan aktif.
βRumput menjadi kering, bunga menjadi layu, tetapi Firman Allah kita tetap untuk selama-lamanya.β (Yesaya 40:8)