1
“Sesungguhnya, semuanya itu telah dilihat mataku, didengar dan dipahami telingaku.
2
Apa yang kamu tahu, aku juga tahu, aku tidak kalah dengan kamu.
3
Tetapi aku, aku hendak berbicara dengan Yang Mahakuasa, aku ingin membela perkaraku di hadapan Allah.
4
Sebaliknya kamulah orang yang menutupi dusta, tabib palsulah kamu sekalian.
5
Sekiranya kamu menutup mulut, itu akan dianggap kebijaksanaan dari padamu.
6
Dengarkanlah pembelaanku, dan perhatikanlah bantahan bibirku.
7
Sudikah kamu berbohong untuk Allah, sudikah kamu mengucapkan dusta untuk Dia?
8
Apakah kamu mau memihak Allah, berbantah untuk membela Dia?
9
Apakah baik, kalau Ia memeriksa kamu? Dapatkah kamu menipu Dia seperti menipu manusia?
10
Kamu akan dihukum-Nya dengan keras, jikalau kamu diam-diam memihak.
11
Apakah kebesaran-Nya tidak akan mengejutkan kamu dan ketakutan kepada-Nya menimpa kamu?
12
Dalil-dalilmu adalah amsal debu, dan perisaimu perisai tanah liat.
13
Diam! Aku hendak bicara, apa pun yang akan terjadi atas diriku!
14
Dagingku akan kuambil dengan gigiku, dan nyawaku akan kutatang dalam genggamku.
15
Lihatlah, Ia hendak membunuh aku, tak ada harapan bagiku, namun aku hendak membela perilakuku di hadapan-Nya.
16
Itulah yang menyelamatkan aku; tetapi orang fasik tidak akan menghadap kepada-Nya.
17
Dengarkanlah baik-baik perkataanku, perhatikanlah keteranganku.
18
Ketahuilah, aku menyiapkan perkaraku, aku yakin, bahwa aku benar.
19
Siapa mau bersengketa dengan aku? Pada saat itu juga aku mau berdiam diri dan binasa.
20
Hanya janganlah Kaulakukan terhadap aku dua hal ini, maka aku tidak akan bersembunyi terhadap Engkau:
21
jauhkanlah kiranya tangan-Mu dari padaku, dan kegentaran terhadap Engkau janganlah menimpa aku!
22
Panggillah, maka aku akan menjawab; atau aku berbicara, dan Engkau menjawab.
23
Berapa besar kesalahan dan dosaku? Beritahukanlah kepadaku pelanggaran dan dosaku itu.
24
Mengapa Engkau menyembunyikan wajah-Mu, dan menganggap aku sebagai musuh-Mu?
25
Apakah Engkau hendak menggentarkan daun yang ditiupkan angin, dan mengejar jerami yang kering?
26
Sebab Engkau menulis hal-hal yang pahit terhadap aku dan menghukum aku karena kesalahan pada masa mudaku;
27
kakiku Kaumasukkan ke dalam pasung, segala tindak tandukku Kauawasi, dan rintangan Kaupasang di depan tapak kakiku?
28
Dan semuanya itu terhadap orang yang sudah rapuh seperti kayu lapuk, seperti kain yang dimakan gegat!”
🗣️⚖️🙏 Ringkasan Ayub 13 – “Biarkan Aku Membela Diriku di Hadapan Allah”
Dalam Ayub 13, Ayub melanjutkan jawabannya kepada sahabat-sahabatnya dan mempertegas keinginannya untuk berbicara langsung dengan Tuhan. Ia dengan tajam mengecam para sahabat yang menurutnya telah memutarbalikkan kebenaran dan menjadi ‘pembela Tuhan yang curang’. Ayub tidak menyangkal kekuasaan Tuhan, namun ingin berargumen langsung kepada-Nya — bukan karena merasa benar sepenuhnya, tetapi karena ingin mengerti maksud penderitaannya.
Ini adalah jeritan hati orang benar yang merasa tak bersalah tapi tetap dihukum.
📌 1. Kalian Bukan Lebih Bijak dari Aku (ayat 1–12)
➡️ Ayub menyindir:
“Mataku telah melihat, telingaku telah mendengar, dan mengerti semua itu.”
➡️ Ia merasa bahwa sahabat-sahabatnya tidak lebih tahu daripada dia soal Allah dan hikmat
➡️ Ia menuduh mereka:
“Kamu menutupi dusta dengan kata-kata yang tidak bernilai… kamu menjadi pembela Allah yang curang.”
➡️ Bahkan berkata:
“Apakah kamu menyuap Allah dengan kata-katamu?”
🎯 Ayub mengecam keras penghakiman rohani yang munafik dan tanpa belas kasih.
📌 2. Aku Ingin Membela Diri di Hadapan Tuhan (ayat 13–22)
➡️ Ayub berkata:
“Diamlah kamu, aku akan berbicara…”
➡️ Ia bersiap untuk menghadapi Tuhan, meskipun tahu risikonya:
“Sekalipun Ia membunuh aku, aku tetap berharap kepada-Nya.”
➡️ Ia merasa bahwa hanya Tuhan yang adil dan bisa menghakimi, bukan manusia
➡️ Ayub ingin Tuhan berhenti sejenak dari menghukumnya agar ia bisa bicara
🎯 Ayub menunjukkan iman besar yang berani — berharap kepada Tuhan bahkan dalam kehancuran.
📌 3. Tolong, Jangan Bungkam Aku Tanpa Penjelasan (ayat 23–28)
➡️ Ayub bertanya dengan getir:
“Berapa banyak kesalahanku?”
➡️ Ia ingin tahu: dosa apa yang membuatnya dihukum seberat ini?
➡️ Ia merasa seperti daun kering yang ditimpa badai
➡️ Bahkan berkata bahwa Tuhan sedang menyimpan dosa masa kecilnya dan mengepungnya tanpa jalan keluar
🎯 Ini adalah seruan jujur dari orang yang percaya kepada Tuhan tapi tidak mengerti perlakuan-Nya.
📖 Pengajaran Utama
- Berbicara jujur kepada Tuhan bukanlah dosa, tapi bentuk iman yang otentik
- Sahabat yang menghakimi bisa lebih menyakitkan daripada penderitaan itu sendiri
- Tuhan tidak perlu dibela dengan kebohongan atau teologi dangkal
- Harapan sejati adalah tetap bersandar kepada Tuhan, bahkan saat semua terasa gelap
✨ Makna Spiritualitas (Perjanjian Baru)
“Marilah kita menghampiri takhta kasih karunia dengan keberanian…”
➡️ Seperti Ayub, kita boleh datang dengan berani kepada Tuhan, bahkan dengan pertanyaan.
“Bukan dengan kebenaranku sendiri… tetapi karena iman kepada Kristus.”
➡️ Ayub merasa benar, tapi tahu bahwa pembenaran hanya dari Tuhan.
“Jika seorang berbuat dosa, kita mempunyai pengantara… Yesus Kristus yang adil.”
➡️ Ayub mencari pengacara rohani — Yesuslah jawabannya.
“Allah yang membenarkan… Kristus Yesus menjadi pembela kita.”
➡️ Jawaban atas jeritan Ayub akhirnya terpenuhi dalam Injil.
🕊️ “Sekalipun Ia membunuh aku, aku tetap berharap kepada-Nya.” – Ayub 13:15
🕊️ “Apakah kamu menyuap Allah dengan kata-katamu?” – Ayub 13:9
🕊️ “Berapa banyak kesalahan dan dosaku?” – Ayub 13:23
🕊️ “Engkau menuliskan hal-hal pahit terhadap aku dan mewariskan kepadaku kesalahan masa mudaku.” – Ayub 13:26