1
Tetapi Ayub menjawab:
2
“Hal seperti itu telah acap kali kudengar. Penghibur sialan kamu semua!
3
Belum habiskah omong kosong itu? Apa yang merangsang engkau untuk menyanggah?
4
Aku pun dapat berbicara seperti kamu, sekiranya kamu pada tempatku; aku akan menggubah kata-kata indah terhadap kamu, dan menggeleng-gelengkan kepala atas kamu.
5
Aku akan menguatkan hatimu dengan mulut, dan tidak menahan bibirku mengatakan belas kasihan.
6
Tetapi bila aku berbicara, penderitaanku tidak menjadi ringan, dan bila aku berdiam diri, apakah yang hilang dari padaku?
7
Tetapi sekarang, Ia telah membuat aku lelah dan mencerai-beraikan segenap rumah tanggaku,
8
sudah menangkap aku; inilah yang menjadi saksi; kekurusanku telah bangkit menuduh aku.
9
Murka-Nya menerkam dan memusuhi aku, Ia menggertakkan giginya terhadap aku; lawanku memandang aku dengan mata yang berapi-api.
10
Mereka mengangakan mulutnya melawan aku, menampar pipiku dengan cercaan, dan bersama-sama mengerumuni aku.
11
Allah menyerahkan aku kepada orang lalim, dan menjatuhkan aku ke dalam tangan orang fasik.
12
Aku hidup dengan tenteram, tetapi Ia menggelisahkan aku, aku ditangkap-Nya pada tengkukku, lalu dibanting-Nya, dan aku ditegakkan-Nya menjadi sasaran-Nya.
13
Aku dihujani anak panah, ginjalku ditembus-Nya dengan tak kenal belas kasihan, empeduku ditumpahkan-Nya ke tanah.
14
Ia merobek-robek aku, menyerang aku laksana seorang pejuang.
15
Kain kabung telah kujahit pada kulitku, dan tandukku kumasukkan ke dalam debu;
16
mukaku merah karena menangis, dan bulu mataku ditudungi kelam pekat,
17
sungguhpun tidak ada kelaliman pada tanganku, dan doaku bersih.
18
Hai bumi, janganlah menutupi darahku, dan janganlah kiranya teriakku mendapat tempat perhentian!
19
Ketahuilah, sekarang pun juga, Saksiku ada di sorga, Yang memberi kesaksian bagiku ada di tempat yang tinggi.
20
Sekalipun aku dicemoohkan oleh sahabat-sahabatku, namun ke arah Allah mataku menengadah sambil menangis,
21
supaya Ia memutuskan perkara antara manusia dengan Allah, dan antara manusia dengan sesamanya.
22
Karena sedikit jumlah tahun yang akan datang, dan aku akan menempuh jalan, dari mana aku tak akan kembali lagi.”
💔🗣️🔥 Ringkasan Ayub 16 – “Penghibur yang Menyakitkan dan Allah yang Menikam”
Dalam Ayub 16, Ayub membalas ucapan Elifas (pasal 15) dengan kepedihan yang sangat dalam. Ia menyebut sahabat-sahabatnya sebagai “penghibur yang menyakitkan”, karena bukan memberi penguatan, tapi malah menambah penderitaannya. Ayub kemudian melampiaskan kesedihan dan kekecewaannya kepada Allah, yang ia rasakan seperti musuh yang menghancurkannya tanpa belas kasihan.
Namun di tengah ratapan itu, muncul seberkas harapan profetik: Ayub mulai mengungkapkan kerinduan akan seorang “saksi di surga” — pengantara yang membela dia di hadapan Allah. Ini menjadi salah satu nubuat tersembunyi tentang kebutuhan akan Juruselamat.
📌 1. Sahabat yang Tidak Membantu, Hanya Menyakiti (ayat 1–5)
➡️ Ayub berkata:
“Sudah sering aku mendengar yang seperti itu. Kamu semua penghibur yang menyakitkan!”
➡️ Ia menyindir:
“Kalau aku di tempatmu, aku juga bisa bicara seperti kamu… Tapi aku akan menguatkan, bukan menjatuhkan.”
➡️ Ayub merasa bahwa kata-kata mereka hanya menambah luka, bukan menyembuhkan.
🎯 Penghiburan tanpa empati adalah penghinaan bagi yang sedang menderita.
📌 2. Allah Menikam dan Menghancurkan Aku (ayat 6–14)
➡️ Ayub melukiskan Allah sebagai musuh yang kejam:
- “Allah telah mencabik-cabik aku dalam murka-Nya”
- “Ia menggempur aku seperti tentara”
➡️ Ayub merasa dihina, dipermalukan, dan dihancurkan, padahal ia tidak bersalah
🎯 Di sinilah Ayub menumpahkan rasa frustrasi spiritualnya, bukan dalam kebencian, tetapi dalam kejujuran.
📌 3. Aku Menjadi Olok-olok, Tapi Hatiku Tertuju ke Surga (ayat 15–22)
➡️ Ayub memakai kain kabung dan menangis dalam debu
➡️ Tapi tiba-tiba muncul harapan luar biasa:
“Saksi-Ku ada di surga… Pembelaku ada di tempat tinggi.”
➡️ Ia merindukan seseorang yang membela perkaranya di hadapan Allah sendiri
➡️ “Seperti seorang membela sahabatnya di depan manusia.”
🎯 Ini adalah cahaya iman di tengah kegelapan — bayangan akan Yesus sebagai pengantara.
📖 Pengajaran Utama
- Sahabat sejati tidak sekadar berbicara benar, tapi tahu kapan dan bagaimana berkata-kata
- Mengeluh kepada Tuhan tidak selalu berarti tidak percaya, tapi bisa jadi bentuk doa terdalam
- Allah sanggup menerima ratapan jujur dan doa keras dari hati yang hancur
- Di balik penderitaan, Tuhan tetap membuka jalan pengharapan
✨ Makna Spiritualitas (Perjanjian Baru)
“Kita memiliki Imam Besar yang dapat turut merasakan kelemahan kita…”
➡️ Ayub merindukan pengantara — Yesus adalah jawabannya.
“Hanya ada satu Pengantara antara Allah dan manusia, yaitu Kristus Yesus.”
➡️ Inilah pemenuhan doa Ayub: seseorang yang membela manusia di hadapan Tuhan.
“Kristus Yesus… duduk di sebelah kanan Allah dan menjadi Pembela bagi kita.”
➡️ Ayub menunjuk ke pengharapan yang kini telah menjadi kenyataan dalam Injil.
“Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur.”
➡️ Janji Yesus bagi mereka yang seperti Ayub — hancur, tapi tetap berharap.
🕊️ “Kamu semua penghibur yang menyakitkan.” – Ayub 16:2
🕊️ “Kalau aku di tempatmu, aku akan menguatkan, bukan menyakiti.” – Ayub 16:5
🕊️ “Allah telah meremukkan aku dalam murka-Nya.” – Ayub 16:9
🕊️ “Saksi-Ku ada di surga, Pembelaku di tempat tinggi.” – Ayub 16:19
🕊️ “Seperti orang membela sahabatnya di hadapan Allah.” – Ayub 16:21