1
Tetapi Ayub menjawab:
2
“Sekarang ini keluh kesahku menjadi pemberontakan, tangan-Nya menekan aku, sehingga aku mengaduh.
3
Ah, semoga aku tahu mendapatkan Dia, dan boleh datang ke tempat Ia bersemayam.
4
Maka akan kupaparkan perkaraku di hadapan-Nya, dan kupenuhi mulutku dengan kata-kata pembelaan.
5
Maka aku akan mengetahui jawaban-jawaban yang diberikan-Nya kepadaku dan aku akan mengerti, apa yang difirmankan-Nya kepadaku.
6
Sudikah Ia mengadakan perkara dengan aku dalam kemahakuasaan-Nya? Tidak, Ia akan menaruh perhatian kepadaku.
7
Orang jujurlah yang akan membela diri di hadapan-Nya, dan aku akan bebas dari Hakimku untuk selama-lamanya.
8
Sesungguhnya, kalau aku berjalan ke timur, Ia tidak di sana; atau ke barat, tidak kudapati Dia;
9
di utara kucari Dia, Ia tidak tampak, aku berpaling ke selatan, aku tidak melihat Dia.
10
Karena Ia tahu jalan hidupku; seandainya Ia menguji aku, aku akan timbul seperti emas.
11
Kakiku tetap mengikuti jejak-Nya, aku menuruti jalan-Nya dan tidak menyimpang.
12
Perintah dari bibir-Nya tidak kulanggar, dalam sanubariku kusimpan ucapan mulut-Nya.
13
Tetapi Ia tidak pernah berubah — siapa dapat menghalangi Dia? Apa yang dikehendaki-Nya, dilaksanakan-Nya juga.
14
Karena Ia akan menyelesaikan apa yang ditetapkan atasku, dan banyak lagi hal yang serupa itu dimaksudkan-Nya.
15
Itulah sebabnya hatiku gemetar menghadapi Dia, kalau semuanya itu kubayangkan, maka aku ketakutan terhadap Dia.
16
Allah telah membuat aku putus asa, Yang Mahakuasa telah membuat hatiku gemetar;
17
sebab bukan karena kegelapan aku binasa, dan bukan juga karena mukaku ditutupi gelap gulita.”
🌑🗣️✨ Ringkasan Ayub 23 – “Tuhan Tersembunyi, Tapi Aku Tetap Percaya”
Dalam Ayub 23, Ayub merespons tuduhan Elifas (pasal 22) bukan dengan pembelaan dosa, tetapi dengan kerinduan mendalam untuk bertemu Tuhan dan diadili secara langsung. Ia mengakui bahwa Tuhan terasa jauh dan tersembunyi, tapi ia tetap percaya bahwa Allah mengetahui jalannya dan bahwa ia akan keluar seperti emas yang dimurnikan.
Pasal ini adalah luapan iman dalam gelap, menunjukkan bahwa kepercayaan bisa tetap hidup meski tanpa jawaban langsung dari Tuhan.
📌 1. Aku Ingin Menghadap Tuhan (ayat 1–7)
➡️ Ayub merindukan pengadilan langsung dengan Tuhan
➡️ Ia percaya bahwa jika bisa bertatap muka, ia dapat menyampaikan perkara dengan jujur
➡️ Ia yakin Tuhan tidak akan memperlakukannya dengan kasar
“Ia tentu akan memperhatikan aku.”
🎯 Ayub tidak menyangkal keadilannya — ia hanya ingin didengar langsung oleh Allah.
📌 2. Tapi Tuhan Tersembunyi (ayat 8–9)
➡️ Ayub mencari Tuhan ke timur, barat, utara, dan selatan, tapi tidak menemukannya
➡️ Ini menggambarkan keheningan dan ketidakhadiran Allah yang menyakitkan
“Tetapi Ia tidak tampak… aku tidak dapat melihat-Nya.”
🎯 Bahkan orang benar bisa mengalami kegelapan spiritual dan keheningan ilahi.
📌 3. Tapi Ia Tahu Jalan Hidupku (ayat 10–12)
➡️ Di tengah kegelapan, Ayub bersaksi:
“Tetapi Ia mengetahui jalan hidupku; kalau Ia menguji aku, aku akan timbul seperti emas.”
➡️ Ayub menegaskan:
- Ia tetap mengikuti jalan Tuhan
- Firman Allah disimpan lebih dari makanan sehari-hari
🎯 Ini adalah iman yang bertahan tanpa bukti — percaya meski tidak mengerti.
📌 4. Tuhan Melakukan Apa yang Dikehendaki-Nya (ayat 13–17)
➡️ Ayub mengakui kebesaran Allah:
“Ia tidak berubah, dan siapa dapat menentang-Nya?”
➡️ Ia merasa takut karena tidak tahu maksud Tuhan
➡️ Tapi ia tidak menuduh Tuhan tidak adil — hanya merasa kecil dan tak berdaya.
🎯 Ayub menunjukkan rasa takut akan Allah yang dalam, tapi bukan kehilangan iman.
📖 Pengajaran Utama
- Tuhan terkadang terasa jauh, tapi tetap bekerja dalam hidup kita
- Kita boleh mencari, merindukan, dan bertanya kepada Tuhan dengan jujur
- Iman sejati tidak bergantung pada perasaan, tapi pada kesetiaan Allah
- Kesetiaan dalam penderitaan adalah bentuk penyembahan tertinggi
✨ Makna Spiritualitas (Perjanjian Baru)
“Sebab hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat.”
➡️ Ayub berjalan dalam iman, bukan dengan bukti fisik.
“Imanmu diuji, seperti emas dimurnikan dalam api.”
➡️ Ayub sedang dimurnikan seperti emas.
“Marilah kita menghampiri takhta kasih karunia…”
➡️ Ayub ingin datang ke hadapan Allah — seperti undangan ini.
“Kamu telah mendengar tentang ketekunan Ayub…”
➡️ Ayub menjadi teladan ketekunan dalam iman saat tidak ada jawaban.
🕊️ “Sekiranya aku tahu di mana dapat menemukan Dia.” – Ayub 23:3
🕊️ “Tetapi Ia mengetahui jalan hidupku; kalau Ia menguji aku, aku akan timbul seperti emas.” – Ayub 23:10
🕊️ “Langkah-Nya kuikuti… Firman-Nya kusimpan dalam hatiku lebih dari makananku.” – Ayub 23:11–12
🕊️ “Tuhan menetapkan apa yang hendak dilakukan-Nya… dan itulah yang dilakukan-Nya padaku.” – Ayub 23:13–14