Pertanyaan ini bukan hanya milik para filsuf atau teolog. Kita semua, dalam satu titik kehidupan, pernah bertanya-tanya: Mengapa Tuhan mengizinkan hal ini terjadi? Apa maksud Tuhan? Apa rencana-Nya untukku? Pertanyaan-pertanyaan itu muncul dari kerinduan terdalam kita untuk memahami pikiran Allah. Tapi seberapa jauh manusia bisa mengerti isi hati dan rencana-Nya?
1. Tuhan Itu Tak Terbatas, Kita Terbatas
Salah satu pengakuan pertama yang penting adalah ini: Tuhan itu Mahatahu, Mahabijaksana, dan Mahakuasa. Sebaliknya, manusia adalah ciptaan yang terbatas. Maka tidak heran jika banyak keputusan Tuhan tampak membingungkan bagi kita.
โSebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHANโ (Yesaya 55:8)
Ayat ini bukan sekadar menyuruh kita pasrah, tapi mengingatkan bahwa ada dimensi ilahi yang jauh lebih besar daripada logika manusia.
2. Namun Tuhan Menyatakan Diri-Nya
Meskipun kita tidak bisa memahami Tuhan secara penuh, bukan berarti kita tidak bisa mengenal-Nya sama sekali. Justru Alkitab penuh dengan bukti bahwa Tuhan ingin dikenal, dimengerti, dan dijalin relasi dengan manusia.
โPada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.โ (Yohanes 1:1)
Firman itu kemudian menjadi manusia, yaitu Yesus Kristus. Kehadiran Yesus adalah jendela paling jelas bagi manusia untuk mengenal hati Tuhan. Melalui-Nya, kita melihat kasih, keadilan, belas kasih, dan kebenaran Allah.
3. Roh Kudus Memberi Pengertian
Kabar baiknya, Tuhan tidak membiarkan kita menebak-nebak tentang siapa Dia. Setelah Yesus naik ke surga, Ia memberikan Roh Kudus agar kita bisa mengerti kebenaran secara rohani.
โTetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus… Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu.โ (Yohanes 14:26)
Artinya, pemahaman tentang Tuhan bukan hanya hasil dari studi atau logika, tapi dari hubungan yang hidup bersama Roh Kudus.
4. Kita Tidak Tahu Semuanya, Tapi Cukup untuk Percaya
Alkitab memang tidak menjelaskan semua misteri. Tapi justru karena itu iman menjadi penting. Iman bukanlah โmengisi kekosongan logikaโ, tetapi tanggapan percaya kepada Pribadi yang setia walau kita belum melihat seluruh gambaran-Nya.
โKarena kita hidup oleh iman, bukan karena melihat.โ (2 Korintus 5:7)
Kita tidak perlu tahu semua jawaban untuk tetap percaya. Kita hanya perlu cukup cahaya untuk melangkah hari ini.
5. Hidup dalam Ketundukan, Bukan Kebingungan
Alih-alih frustrasi karena tidak memahami semuanya, Alkitab mengajak kita untuk hidup dalam ketundukan yang penuh pengharapan. Seperti anak kecil yang memercayai orang tuanya, kita pun diajak mempercayai hikmat dan kasih Bapa Surgawi.
โBetapa dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah! Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusan-Nya dan sungguh tak terselami jalan-jalan-Nya!โ (Roma 11:33)
Ayat ini tidak mengajak kita berhenti berpikir, tetapi menyembah dengan penuh kekaguman.
Penutup: Mengenal Tuhan dengan Hati yang Rendah
Jadi, dapatkah manusia memahami pikiran Tuhan? Tidak sepenuhnya. Tapi melalui Yesus, Firman-Nya, dan Roh Kudus, kita dapat mengenal hati Tuhan sejauh yang kita perlukan untuk percaya, taat, dan mengasihi-Nya. Tujuan hidup bukanlah mengetahui semua jawaban, tetapi hidup dalam keintiman dengan Sang Pemberi Jawaban.