1
Di tepi sungai-sungai Babel, di sanalah kita duduk sambil menangis, apabila kita mengingat Sion.
2
Pada pohon-pohon gandarusa di tempat itu kita menggantungkan kecapi kita.
3
Sebab di sanalah orang-orang yang menawan kita meminta kepada kita memperdengarkan nyanyian, dan orang-orang yang menyiksa kita meminta nyanyian sukacita: “Nyanyikanlah bagi kami nyanyian dari Sion!”
4
Bagaimanakah kita menyanyikan nyanyian TUHAN di negeri asing?
5
Jika aku melupakan engkau, hai Yerusalem, biarlah menjadi kering tangan kananku!
6
Biarlah lidahku melekat pada langit-langitku, jika aku tidak mengingat engkau, jika aku tidak jadikan Yerusalem puncak sukacitaku!
7
Ingatlah, ya TUHAN, kepada bani Edom, yang pada hari pemusnahan Yerusalem mengatakan: “Runtuhkan, runtuhkan sampai ke dasarnya!”
8
Hai puteri Babel, yang suka melakukan kekerasan, berbahagialah orang yang membalas kepadamu perbuatan-perbuatan yang kaulakukan kepada kami!
9
Berbahagialah orang yang menangkap dan memecahkan anak-anakmu pada bukit batu!
🕊️🙏📖 Ringkasan Mazmur 137 – “Ratapan di Babel dan Kerinduan akan Yerusalem”
Mazmur 137 adalah salah satu mazmur paling emosional dan menggugah hati, mencerminkan penderitaan umat Israel dalam pembuangan di Babel.
Penuh kerinduan akan Sion (Yerusalem), namun juga memuat seruan penghakiman yang tajam terhadap bangsa yang menindas mereka.
Mazmur ini mencerminkan jiwa yang hancur, kehilangan, namun tetap setia pada Tuhan dan tempat kudus-Nya.
📌 1. Menangis di Tepi Sungai Babel (ayat 1–3)
➡️ “Di tepi sungai-sungai Babel, di sanalah kami duduk sambil menangis, apabila kami mengingat Sion.”
➡️ “Kami menggantungkan kecapi kami pada pohon-pohon gandarusa di sana.”
➡️ Orang Babel meminta nyanyian Sion, tapi umat Tuhan menolak — tidak bisa bernyanyi dalam tanah asing.
🎯 Kesedihan yang dalam ketika terpisah dari hadirat Tuhan dan rumah ibadah-Nya.
📌 2. Sumpah Kesetiaan kepada Yerusalem (ayat 4–6)
➡️ “Bagaimana mungkin kami menyanyikan nyanyian TUHAN di negeri asing?”
➡️ “Jika aku melupakan engkau, hai Yerusalem, biarlah tangan kananku melupakan kegunaannya!”
➡️ “Biarlah lidahku melekat pada langit-langit mulutku… jika aku tidak menjunjung Yerusalem di puncak sukacitaku!”
🎯 Kesetiaan rohani: bahkan dalam penderitaan, Yerusalem (simbol hadirat Tuhan) tetap jadi prioritas dan kerinduan hati.
📌 3. Seruan Penghakiman kepada Edom dan Babel (ayat 7–9)
➡️ “Ingatlah, ya TUHAN, kepada bani Edom…”
➡️ “Celakalah engkau, Babel, yang akan dibalaskan…”
➡️ “Berbahagialah orang yang menangkap dan membenturkan anak-anakmu ke batu.”
🎯 Ini adalah ratapan keadilan, bukan pembalasan pribadi.
Mewakili tangisan umat tertindas yang berseru kepada Tuhan sebagai Hakim.
⚠️ Ayat 9 sangat keras, namun harus dibaca sebagai ungkapan penderitaan ekstrem, bukan pembenaran kekerasan.
📖 Pengajaran Utama
- Kerinduan akan hadirat Tuhan tidak bisa digantikan oleh hiburan atau nyanyian dunia
- Yerusalem melambangkan pusat ibadah dan hubungan dengan Tuhan
- Dalam penderitaan, setia pada Tuhan tetap menjadi komitmen tertinggi
- Tuhan adalah Hakim yang adil terhadap bangsa-bangsa penindas
- Mazmur ini mencerminkan jiwa yang berseru di tengah luka dan pengasingan
✨ Makna Spiritualitas (Perjanjian Baru)
📖 Filipi 3:20
“Kewargaan kita adalah di dalam sorga…”
➡️ Sama seperti umat di Babel, kita adalah orang asing dan perantau yang merindukan rumah surgawi.
📖 Wahyu 18:2, 6
“Babel besar telah jatuh…”
➡️ Babel menjadi simbol dunia yang penuh dosa, dan Tuhan akan membalasnya.
📖 Ibrani 11:13–16
“Mereka mengakui bahwa mereka adalah orang asing dan pendatang di bumi…”
➡️ Mazmur ini menyuarakan kerinduan akan tanah perjanjian rohani.
📖 Roma 12:19
“Pembalasan adalah hak-Ku, firman Tuhan.”
➡️ Mazmur ini adalah seruan kepada keadilan Tuhan, bukan balas dendam manusia.
🕊️ “Bagaimana mungkin kami menyanyikan nyanyian TUHAN di negeri asing?” – Mazmur 137:4
🕊️ “Jika aku melupakan engkau, hai Yerusalem, biarlah tangan kananku melupakan kegunaannya!” – Mazmur 137:5
🕊️ “Ingatlah, ya TUHAN, kepada bani Edom…” – Mazmur 137:7