1
Sekiranya Engkau mengoyakkan langit dan Engkau turun,
sehingga gunung-gunung goyang di hadapan-Mu
2
— seperti api membuat ranggas menyala-nyala
dan seperti api membuat air mendidih —
untuk membuat nama-Mu dikenal oleh lawan-lawan-Mu,
sehingga bangsa-bangsa gemetar di hadapan-Mu,
3
karena Engkau melakukan kedahsyatan yang tidak kami harapkan,
seperti tidak pernah didengar orang sejak dahulu kala!
4
Tidak ada telinga yang mendengar,
dan tidak ada mata yang melihat
seorang allah yang bertindak bagi orang yang menanti-nantikan dia;
hanya Engkau yang berbuat demikian.
5
Engkau menyongsong mereka yang melakukan yang benar
dan yang mengingat jalan yang Kautunjukkan!
Sesungguhnya, Engkau ini murka, sebab kami berdosa;
terhadap Engkau kami memberontak sejak dahulu kala.
6
Demikianlah kami sekalian seperti seorang najis
dan segala kesalehan kami seperti kain kotor;
kami sekalian menjadi layu seperti daun
dan kami lenyap oleh kejahatan kami
seperti daun dilenyapkan oleh angin.
7
Tidak ada yang memanggil nama-Mu
atau yang bangkit untuk berpegang kepada-Mu;
sebab Engkau menyembunyikan wajah-Mu terhadap kami,
dan menyerahkan kami ke dalam kekuasaan dosa kami.
8
Tetapi sekarang, ya TUHAN, Engkaulah Bapa kami!
Kamilah tanah liat dan Engkaulah yang membentuk kami,
dan kami sekalian adalah buatan tangan-Mu.
9
Ya TUHAN, janganlah murka amat sangat
dan janganlah mengingat-ingat dosa untuk seterusnya!
Sesungguhnya, pandanglah kiranya,
kami sekalian adalah umat-Mu.
10
Kota-kota-Mu yang kudus sudah menjadi padang gurun,
Sion sudah menjadi padang gurun,
Yerusalem sunyi sepi.
11
Bait kami yang kudus dan agung,
tempat nenek moyang kami memuji-muji Engkau,
sudah menjadi umpan api,
maka milik kami yang paling indah sudah menjadi reruntuhan.
12
Melihat semuanya ini, ya TUHAN, masakan Engkau menahan diri,
masakan Engkau tinggal diam dan menindas kami amat sangat?
🔥💔👐 Ringkasan Yesaya 64 – Seruan Agar Tuhan Turun Tangan dan Bentuk Ulang Umat-Nya
Yesaya 64 adalah doa pertobatan mendalam dari umat yang sadar akan dosa dan kehancuran mereka. Mereka merindukan Tuhan turun tangan secara nyata seperti dalam zaman dahulu — “robeklah langit dan turunlah!” Dalam kesadaran akan dosa dan kefanaan, umat memohon agar Tuhan mengampuni dan membentuk ulang mereka seperti tanah liat di tangan penjunan. Ini adalah pasal penuh emosi dan kerendahan hati — sebuah gambaran doa sejati dari hati yang hancur dan haus akan kehadiran Allah.
📌 1. Kerinduan Akan Perjumpaan Nyata dengan Allah (ayat 1–3)
“Sekiranya Engkau mengoyakkan langit dan turun…”
- Umat merindukan intervensi ilahi langsung seperti saat Tuhan menggoncang gunung-gunung
- Mengingat kembali perbuatan besar Allah di masa lalu:
-
-
Tuhan datang bagi orang yang menantikan-Nya
-
Tidak ada allah lain seperti Dia, yang bertindak bagi orang yang berharap pada-Nya
-
🎯 Dalam kekeringan rohani, umat tidak minta hal lahiriah — tapi minta Tuhan sendiri hadir.
📌 2. Kesadaran Akan Dosa dan Kenajisan (ayat 4–7)
“Kami sekalian seperti seorang najis…”
- Gambaran mendalam betapa rusaknya kondisi umat:
-
-
Kebenaran mereka seperti kain najis
-
Dosa mereka seperti daun layu yang diterbangkan angin
-
- Tidak ada yang berseru atau mencari Tuhan — bahkan doa pun sudah lenyap
🎯 Pertobatan sejati dimulai dengan menanggalkan pembenaran diri dan melihat diri dalam terang Tuhan.
📌 3. Pengakuan Tuhan sebagai Bapa dan Penjunan (ayat 8–9)
“Engkaulah Bapa kami… kami tanah liat, Engkaulah penjunan…”
- Mengingat identitas relasional:
-
-
Tuhan adalah Bapa, dan mereka adalah anak-anak-Nya
-
Tuhan adalah penjunan, dan mereka tanah liat yang bisa dibentuk ulang
-
- Mohon agar Tuhan jangan terlalu murka atau selamanya mengingat dosa mereka
🎯 Dalam hancur hati, umat tetap percaya: Tuhan dapat membentuk kembali, bukan membuang.
📌 4. Kesedihan atas Reruntuhan dan Pemusnahan (ayat 10–12)
“Yerusalem telah menjadi tempat sunyi belaka…”
- Umat memohon dengan menunjukkan kerusakan total:
-
-
Rumah Tuhan menjadi abu
-
Kota kudus menjadi padang gurun
-
- Pertanyaan menyayat: “Akankah Engkau tetap membisu, ya Tuhan?”
🎯 Di titik terendah, doa menjadi ratapan jujur yang membuka jalan bagi belas kasihan.
📖 Pengajaran Utama
- Tuhan hadir dalam kuasa-Nya ketika umat benar-benar menantikan dan merendahkan diri
- Kebenaran manusia tidak layak — kita butuh kasih karunia Tuhan sepenuhnya
- Tuhan sebagai penjunan menunjukkan bahwa Dia sanggup membentuk ulang hidup yang rusak
- Pertobatan bukan hanya kata-kata, tetapi kesadaran diri, pengakuan dosa, dan kerinduan akan hadirat Tuhan
- Doa yang jujur dan hancur menggerakkan belas kasihan Allah
✨ Makna Spiritualitas (Perjanjian Baru)
Ketika Yesus dibaptis, langit terbuka, dan Roh Kudus turun
➡️ Yesaya 64:1 digenapi secara simbolis — Allah benar-benar merobek langit dan turun dalam pribadi Yesus.
“Harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat…”
➡️ Tuhan adalah penjunan; kita bejana yang rapuh, tapi dipakai-Nya dengan kuasa-Nya.
“Semua orang telah berbuat dosa… dan dibenarkan oleh kasih karunia…”
➡️ Seperti Yesaya 64, tidak ada kebenaran kita yang cukup — kita hanya bisa berdiri oleh anugerah Kristus.
“Oleh kasih-Nya yang besar… kita dihidupkan bersama-sama dengan Kristus…”
➡️ Dari reruntuhan spiritual, Tuhan membangkitkan dan memulihkan.
🎯 Doa dalam Yesaya 64 menjadi cermin hati yang lapar akan Injil dan penebusan sejati.
🕊️ “Sekiranya Engkau mengoyakkan langit dan turun…” – Yesaya 64:1
🕊️ “Kebenaran kami seperti kain kotor…” – Yesaya 64:6
🕊️ “Engkaulah Bapa kami, kami tanah liat, dan Engkaulah penjunan…” – Yesaya 64:8
🕊️ “Akankah Engkau menahan diri dan tetap diam?” – Yesaya 64:12